Jaman Edan Wolak-walike Jaman


Jongko Joyoboyo, penyair Jawa terkenal dan dikutip oleh sebagian banyak orang. Bunyinya seperti ini ... ...... jaman edan, sing ora edan ora keduman. Nanging bejo-bejone wong edan, ish luwih bejo wong kang eling lan waspodo ...... "Dengan arti kira-kira: ........ akan datang saat-saat gila. Orang-orang yang tidak gila tidak akan mendapat bagian. Namun, untungnya orang-orang gila, masih lebih beruntung bahwa orang-orang sadar dan waspada ...

Dari waktu ke waktu kalau kita amati situasi seperti menjadi lebih buruk dan tidak karuan. Empat puluh tahun yang lalu, lalu tiga puluhan tahun yang lalu, dua dekade lalu dan sekarang. Jika dibandingkan dengan skala ketidak amanan, semakin besar jaman ke jaman. Harapan awalnya tercipta, ternyata hanya dalam waktu singkat kemudian digantikan oleh kondisi yang ternyata jauh lebih buruk.

Dengan perbandingan dari jaman itu ke jaman tersebut, penulis berasumsi bahwa prediksi Joyoboyo sedang terjadi dalam beberapa tahun terakhir dan akan berlanjut selama sekitar 2 tahun jika tidak ada perbaikan yang serius dan menyeluruh. Indikasinya sangat jelas jika kita mendengarkan berita televisi, membaca koran dan majalah. Hukum hanya tajam untuk orang kecil, tumpul untuk orang yang memiliki pengaruh. Orang yang kritis dikriminalisasi, sementara aktor utamanya bebas. Penjahat menikmati fasilitas mewah sementara orang miskin di luar sana terjebak dalam kemiskinan. Uang yang di korupsi tidak kembali, tetapi menjadi dana pensiun bagi para koruptor. Anak-anak miskin dan terlantar tidak dirawat dengan baik. Semua diizinkan bersaing bebas untuk tetap hidup. Harga rumah dan komoditas diizinkan untuk berlomba-lomba membumbung tinggi dengan bebas.

Salah satu dari Anda semua ada di pihak mana? Apakah Anda orang yang sangat gila - berkontribusi pada keedanan atau hanya membiarkannya tanpa kepedulian, atau di sisi lain menjadi orang yang sadar dan saling mengingatkan antara sesama secara aktif? Semuanya ada dalam pilihan kita masing-masing.

Mari kita lihat bahwa saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat, perkembangan peradaban semakin maju tetapi apa yang kita lihat dalam perkembangan manusia sebagai pelaku peradaban telah berubah. Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan untuk mempermdah kehidupan manusia malah ditransformasikan menjadi teknologi perang yang dijual untuk menghancurkan manusia satu sama lain.

Kegilaan semakin menjadi-jadi, keserakahan, kesombongan dan merasa paling benar sendiri telah mengglayuti dalam diri setiap manusia sehingga fungsi agama berkurang sebagai petunjuk yang di berikan oleh Tuhan sebagai manusia penjaga sejati peradaban, penuh cinta dan menyebarkan kebaikan untuk kepentingan rakyat dan jauh dari sikap arogan yang ditimbulkannya.

Memang, kehidupan yang penuh dengan materialisme dan tanpa rasa takut akan dosa sebagai perusak peradaban... maka apakah kita dapat mengatasinya ?? Tantangan terbesar bagi umat manusia saat ini adalah Hubbud dunya (cinta dunia) sehingga banyak yang mengedepankan  nafsu serakah dan amarah.
Inilah yang kita sebut jaman edan. Lihat di Indonesia, orang kaya dan berkuasa malah senang melakukan korupsi ratusan bahkan triliunan rupiah tanpa rasa malu. Mereka melawan kebenaran dengan dalih pembenaran dan tanpa malu-malu melupakan orang-orang yang masih sengsara ... dari informasi yang berkembang  di televisi banyak pernyataan yang tidak pernah menyentuh bagian akar masalah yang harus diselesaikan yang di tunggu oleh orang-orang yang masih membutuhkan keadilan.

Ini justru digunakan untuk berpacu meningkatkan  peringkat /rating  sehingga situasinya semakin jauh dari rasa nurani yaitu orang Indonesia yang ramah, kolaboratif, guyup rukun dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan kesejukan dalam musyawarah.
Orang yang berkuasa menggunakan jaringan orang-orang lemah yang diorganisasikan sebagai kekuatan destruktif yang menggunakan teknologi canggih dengan mengumpulkan orang jahat ke dalam aspek kehidupan untuk menyerang lawan politik / bisnis, mereka tumbuh dengan cepat tanpa malu berbuat dosa setiap hari dan banyak orang menggunakan kekuatan ini menghantam semua orang, pebisnis, yang berkuasa dan orang-orang yang menginginkan kekuasaan dengan membenarkan segala cara, terutama sifat politeisme.

Mereka menyebarkan permusuhan, pertempuran, rasa tidak hormat, teror, intimidasi, operasi serangan terhadap target yang diinginkan dengan merajalela sehingga merobek kehidupan bangsa yang dulu tenang, damai, nyaman dan terasa merdeka di segala sendi kehidupan. Tingkat konfliknya tinggi karena kita dihadiri oleh manusia yang menghancurkan kekuatan silaturami karena setiap pertemuan dan percakapan dimulai dengan teknik mengalahkan orang lain.

Bahkan asumsi yang terlalu sempit dan picik tentang orang yang memiliki ambisi kotor menggunakan pengaruh seseorang untuk mengalahkan musuh yang tidak bisa di anggap.
Perang menjadi liar tanpa medan pertempuran dan atmosfer yang jelas yang penting bagi kelompok untuk menang dan golongannya merasa menang dapat memakan musuh-musuh jarahannya. Lihat LGBT yang ramai di publik, dan terutama didukung oleh hak asasi manusia, dibandingkan dengan kisah umat Nabi Lut tentang kebangkitan orang-orang Sodom yang dihancurkan oleh Tuhan karena melakukan LGBT ini. Lihat gesekan yang terjadi di pilkada DKI Jakarta yang memanas dan merasa bahwa dirinya paling NKRI, Bhinneka Tunggal Ika mereka tidak bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat Indonesia.

Inilah yang menyebabkan kita sebagai masyarakat harus sangat berhati-hati dalam menyaring informasi (terutama di media sosial penuh dengan berita HOAX yang memberi angin kebencian sehingga negara hancur) tidak perlu bangga dengan kekuatan yang sekarang menjadi Tren yang jauh dari moralitas. Memang jaman sekarang ini sudah menjadi jaman edan, semuanya gila, gila jabatan, gila kedudukan, dan gila kekuasaan.

Maka jika kita melihat ke cermin dan mengingat Raden Ngabehi Ronggowarsito tentang slogan yang bijak:
Saiki Jamane Jaman Edan Yen Ora Edan Ora Kumanan, Sak beja-bejane wong sing lali iku iseh luwih bejo kang eling lan waspodo.
Berarti:
Sekarang ini adalah jaman  yang gila jika Anda tidak menjadi gila Anda tidak dapat bagian
Seberuntungnya orang yang lupa, lebih beruntung yang selalu ingat dan waspada.

Ini berarti bahwa kita cenderung menghadapi krisis multidimensi yang harus kita hindari dengan menumbuhkan banyak orang yang mencintai negara tanpa kepentingan yang sempit, nasionalis, orang-orang yang lurus dan menumbuhkan para pemimpin yang mempertahankan mandat  kebenaran, berkeadilan dan mengayomi seluruh rakyatnya.

Labels: PITUTUR

Thanks for reading Jaman Edan Wolak-walike Jaman. Please share...!

0 Comment for "Jaman Edan Wolak-walike Jaman"


Back To Top