Jaman Edan Wolak-walike Jaman


Jongko Joyoboyo, penyair Jawa terkenal dan dikutip oleh sebagian banyak orang. Bunyinya seperti ini ... ...... jaman edan, sing ora edan ora keduman. Nanging bejo-bejone wong edan, ish luwih bejo wong kang eling lan waspodo ...... "Dengan arti kira-kira: ........ akan datang saat-saat gila. Orang-orang yang tidak gila tidak akan mendapat bagian. Namun, untungnya orang-orang gila, masih lebih beruntung bahwa orang-orang sadar dan waspada ...

Dari waktu ke waktu kalau kita amati situasi seperti menjadi lebih buruk dan tidak karuan. Empat puluh tahun yang lalu, lalu tiga puluhan tahun yang lalu, dua dekade lalu dan sekarang. Jika dibandingkan dengan skala ketidak amanan, semakin besar jaman ke jaman. Harapan awalnya tercipta, ternyata hanya dalam waktu singkat kemudian digantikan oleh kondisi yang ternyata jauh lebih buruk.

Dengan perbandingan dari jaman itu ke jaman tersebut, penulis berasumsi bahwa prediksi Joyoboyo sedang terjadi dalam beberapa tahun terakhir dan akan berlanjut selama sekitar 2 tahun jika tidak ada perbaikan yang serius dan menyeluruh. Indikasinya sangat jelas jika kita mendengarkan berita televisi, membaca koran dan majalah. Hukum hanya tajam untuk orang kecil, tumpul untuk orang yang memiliki pengaruh. Orang yang kritis dikriminalisasi, sementara aktor utamanya bebas. Penjahat menikmati fasilitas mewah sementara orang miskin di luar sana terjebak dalam kemiskinan. Uang yang di korupsi tidak kembali, tetapi menjadi dana pensiun bagi para koruptor. Anak-anak miskin dan terlantar tidak dirawat dengan baik. Semua diizinkan bersaing bebas untuk tetap hidup. Harga rumah dan komoditas diizinkan untuk berlomba-lomba membumbung tinggi dengan bebas.

Salah satu dari Anda semua ada di pihak mana? Apakah Anda orang yang sangat gila - berkontribusi pada keedanan atau hanya membiarkannya tanpa kepedulian, atau di sisi lain menjadi orang yang sadar dan saling mengingatkan antara sesama secara aktif? Semuanya ada dalam pilihan kita masing-masing.

Mari kita lihat bahwa saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat, perkembangan peradaban semakin maju tetapi apa yang kita lihat dalam perkembangan manusia sebagai pelaku peradaban telah berubah. Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan untuk mempermdah kehidupan manusia malah ditransformasikan menjadi teknologi perang yang dijual untuk menghancurkan manusia satu sama lain.

Kegilaan semakin menjadi-jadi, keserakahan, kesombongan dan merasa paling benar sendiri telah mengglayuti dalam diri setiap manusia sehingga fungsi agama berkurang sebagai petunjuk yang di berikan oleh Tuhan sebagai manusia penjaga sejati peradaban, penuh cinta dan menyebarkan kebaikan untuk kepentingan rakyat dan jauh dari sikap arogan yang ditimbulkannya.

Memang, kehidupan yang penuh dengan materialisme dan tanpa rasa takut akan dosa sebagai perusak peradaban... maka apakah kita dapat mengatasinya ?? Tantangan terbesar bagi umat manusia saat ini adalah Hubbud dunya (cinta dunia) sehingga banyak yang mengedepankan  nafsu serakah dan amarah.
Inilah yang kita sebut jaman edan. Lihat di Indonesia, orang kaya dan berkuasa malah senang melakukan korupsi ratusan bahkan triliunan rupiah tanpa rasa malu. Mereka melawan kebenaran dengan dalih pembenaran dan tanpa malu-malu melupakan orang-orang yang masih sengsara ... dari informasi yang berkembang  di televisi banyak pernyataan yang tidak pernah menyentuh bagian akar masalah yang harus diselesaikan yang di tunggu oleh orang-orang yang masih membutuhkan keadilan.

Ini justru digunakan untuk berpacu meningkatkan  peringkat /rating  sehingga situasinya semakin jauh dari rasa nurani yaitu orang Indonesia yang ramah, kolaboratif, guyup rukun dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan kesejukan dalam musyawarah.
Orang yang berkuasa menggunakan jaringan orang-orang lemah yang diorganisasikan sebagai kekuatan destruktif yang menggunakan teknologi canggih dengan mengumpulkan orang jahat ke dalam aspek kehidupan untuk menyerang lawan politik / bisnis, mereka tumbuh dengan cepat tanpa malu berbuat dosa setiap hari dan banyak orang menggunakan kekuatan ini menghantam semua orang, pebisnis, yang berkuasa dan orang-orang yang menginginkan kekuasaan dengan membenarkan segala cara, terutama sifat politeisme.

Mereka menyebarkan permusuhan, pertempuran, rasa tidak hormat, teror, intimidasi, operasi serangan terhadap target yang diinginkan dengan merajalela sehingga merobek kehidupan bangsa yang dulu tenang, damai, nyaman dan terasa merdeka di segala sendi kehidupan. Tingkat konfliknya tinggi karena kita dihadiri oleh manusia yang menghancurkan kekuatan silaturami karena setiap pertemuan dan percakapan dimulai dengan teknik mengalahkan orang lain.

Bahkan asumsi yang terlalu sempit dan picik tentang orang yang memiliki ambisi kotor menggunakan pengaruh seseorang untuk mengalahkan musuh yang tidak bisa di anggap.
Perang menjadi liar tanpa medan pertempuran dan atmosfer yang jelas yang penting bagi kelompok untuk menang dan golongannya merasa menang dapat memakan musuh-musuh jarahannya. Lihat LGBT yang ramai di publik, dan terutama didukung oleh hak asasi manusia, dibandingkan dengan kisah umat Nabi Lut tentang kebangkitan orang-orang Sodom yang dihancurkan oleh Tuhan karena melakukan LGBT ini. Lihat gesekan yang terjadi di pilkada DKI Jakarta yang memanas dan merasa bahwa dirinya paling NKRI, Bhinneka Tunggal Ika mereka tidak bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat Indonesia.

Inilah yang menyebabkan kita sebagai masyarakat harus sangat berhati-hati dalam menyaring informasi (terutama di media sosial penuh dengan berita HOAX yang memberi angin kebencian sehingga negara hancur) tidak perlu bangga dengan kekuatan yang sekarang menjadi Tren yang jauh dari moralitas. Memang jaman sekarang ini sudah menjadi jaman edan, semuanya gila, gila jabatan, gila kedudukan, dan gila kekuasaan.

Maka jika kita melihat ke cermin dan mengingat Raden Ngabehi Ronggowarsito tentang slogan yang bijak:
Saiki Jamane Jaman Edan Yen Ora Edan Ora Kumanan, Sak beja-bejane wong sing lali iku iseh luwih bejo kang eling lan waspodo.
Berarti:
Sekarang ini adalah jaman  yang gila jika Anda tidak menjadi gila Anda tidak dapat bagian
Seberuntungnya orang yang lupa, lebih beruntung yang selalu ingat dan waspada.

Ini berarti bahwa kita cenderung menghadapi krisis multidimensi yang harus kita hindari dengan menumbuhkan banyak orang yang mencintai negara tanpa kepentingan yang sempit, nasionalis, orang-orang yang lurus dan menumbuhkan para pemimpin yang mempertahankan mandat  kebenaran, berkeadilan dan mengayomi seluruh rakyatnya.

Arti Dari Ngono Yo Ngono Ning Ojo Ngono


Dari Ngono Yo Ngono Ning Ojo Ngono 

Sekarang ini pitutur tersebut seing di buat bercandaan, dibuat lucu.
Namun sebenarnya itu memiliki makna yang sangat dalam.
Sayangnya kalimat tersebut
Ngono yo ngono ning ojo ngono, sudah banyak yang melupakan makna yang sebenarnya tersebut. Bahkan
Dan mungkin juga tidak terkecuali  seseorang memikirkannya Sebagai kalimat sampah. Tetapi jika dalami
lagi, kalimat itu mengandung nilai
filosofis tinggi. Secara harfiah,
"Ngono" berarti begitu. Jadi makna dari kata “Ngono yo ngono ning ojo ngono”, itu artinya
bisa di pahami kira kira seperti ini, "Begitu ya begitu tetapi ya jangan begitu "

Ini hanya makna literal. Kalimat ini biasanya diucapkan untuk
Mengingatkan dan memberi  tahu seseorang. Jika ada
orang yang perilakunya sulit
ditoleransi, maka biasanya diingatkan,

"Begitukah (mungkin kamu
benar), tetapi jangan lakukan itu (apa
tidak ada cara yang lebih baik? "

Ini hanya makna tersirat. Belum
makna filosofis.

Perilaku bersama
ingatkan tentu saja tidak dalam hanya budaya Jawa.
Dalam budaya "Ngana" (baca: Menado) juga, budaya mengingatkan ini juga diringkas dalam peribahasa indah. Si Tou Timoi Tumou Tau. Artinya "Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain".
Pada dasarnya, moto ini selaras dengan prinsip "mengingatkan orang lain" sebagai inti dari peribahasa Jawa, mengapa tidak
hanya teman. Prinsip yang saling menguntungkan ingatkan juga terkandung dalam idiom dialek Minahasa, baku beking pande (membuat satu sama lain pintar satu sama lain).
Ini tidak ditafsirkan secara dangkal, bahwa seseorang menepuk dadanya terasa lebih pintar dan ingin "berpura-pura mengajar". Baku beking mentah mengandung makna "saling". Jika ada sesuatu yang kurang dan membuat kesalahan, wajar saja jika manusia saling mengingatkan.
Tanpa perlu merasa tersinggung, karena ada orang yang merasa dilindungi dan dilindungi.
Kata orang Jawa, tanpa perlu ada yang dituduh keminter atau minteri.
Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe

Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe


Gotong royong


Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe

Itu mempunyai arti "Jangan mengharap imbalan, Berusaha dan benar-benar bekerja". 
dengan demikian filsafat Jawa yang harus diikuti dan dilaksanakan dan dipegang teguh dalam pekerjaan apa pun. sangat cocok sebagai panutan bagi seorang pemimpin. apalagi mereka yang akan memperjuangkan kursi sebagai wakil rakyat. demikian juga dengan pemimpin yang diharapkan menjadi pemegang kekuasaan tertinggi, yaitu presiden. sosok yang tepat yang diharapkan mampu membawa bangsa ini maju dan makmur bagi semua rakyatnya.

Sebagai orang yang akan menentukan banyak kebijakan, harus wajib, yang utama bersedia bekerja benar-benar tanpa pamrih. semua dilakukan untuk berkorban demi rakyat, bukan kelompok atau pesta mereka terutama kroni dan keluarga mereka. dengan tulus melayani bangsa dan negara. itu yang pertama dan terpenting.

Terlepas dari itu hal terpenting yang harus dimiliki oleh sosok / pemimpin ideal adalah semangat bekerja untuk membangun bangsa. bekerja keras tanpa lelah untuk mewujudkan cita-cita bangsa. tidak hanya duduk manis di belakang meja dan berbicara terlalu banyak dan hanya menerima laporan dari anak buahnya. bersedia untuk langsung turun ke bawah dan memahami setiap masalah, lalu bekerja sesuai dengan masalahnya.

Rencana atau dalam istilahnya Master Plan / konsep membangun bangsa bukan hanya wacana dan retorika di mulut. setiap orang juga punya rencana. tetapi perbedaannya adalah pemimpin sejati benar-benar benar-benar mewujudkannya.

Begitu pun dengan semangat kerja. Jika Anda memiliki prinsip utama yang bekerja dan berusaha untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, lalu apa bedanya dengan monyet? Monyet juga bekerja untuk makanan.

Jadi bekal untuk menjadi pemimpin yang sukses dan dicintai oleh rakyat adalah semua hal yang dijelaskan di atas. bahwa banyak yang bekerja dengan tulus dan tulus, melayani rakyat bangsa dan negara, menjauhkan diri dari kepentingan pribadi dan kelompok, berbicara sedikit pekerjaan. jadi kalian semua harus dicintai oleh rakyat. Saya jamin !

Karena yang terlihat adalah bukti bukan janji. dan orang-orang sudah pandai melihat dan bisa merasakan siapa pemimpinnya.

Mikul Dhuwur Mendhem Jero Pitutur Yang Harus Kita Lestarikan


mikul duwur mendem jero pitutur yang Harus Di lestarikan
Indonesia adalah negara dengan beragam budaya dan adat istiadat  yang harus dijunjung tinggi nilai luhur dan kemuliaannya dan harus terus dilestarikan. Namun pada kenyataannya sekarang, ada banyak anak muda yang telah kehilangan nilai-nilai luhurnya di benak mereka sehingga menyebabkan sopan santun kepada orang tua mereka telah hilang. Selain itu, moralitas kaum anak muda sekarang sudah mulai berkurang, ketika moral yang baik telah berkurang terhadap kaum muda sekarang berdampak pada perilaku yang tidak baik. Sebagai contoh seperti perkelahian yang merajalela, penggunaan kata-kata yang memburuk, peningkatan penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, mengaburkan batas-batas moral yang baik dan buruk, menurunnya etika kerja, rendahnya respek terhadap orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, ketidak jujuran , dan saling curiga dan kebencian antara lain.


Untuk mencegah menipisnya moral, pendidikan karakter harus ditingkatkan baik di lingkungan formal, informal dan non-formal. Ada satu pepatah Jawa yang tepat untuk mendidik karakter anak-anak bangsa yang sudah mulai kehilangan rasa hormat kepada orang tua, yaitu "mikul dhuwur mendhem jero". Mikul dhuwur mendhem jero diartikan meninggikan atau menonjolkan kekuatan dan kebaikan keluarga dan menutupi kekurangan atau keburukan keluarga. Namun, pepatah itu sebenarnya memiliki makna yang sangat dalam, yaitu menjunjung tinggi drajade wong tuwa (menjunjung tinggi derajat dan martabat orang tua). Pepatah itu mengajarkan kita untuk bisa menjunjung tinggi martabat dan martabat orang tua, tidak mempermalukan dan mencela bagi kedua orang tua. Selain itu, kita harus bisa menghormati dan menghormati orang tua. Tidak hanya orang tua dalam arti sempit tetapi juga dalam arti yang lebih luas, yaitu orang tua, pemimpin, tokoh masyarakat dan sebagainya.

Saat ini, sangat jarang bagi orang muda untuk menghormati orang tua mereka, tidak peduli seberapa besar mereka menghormati para pemimpin mereka atau orang tua. Anak muda sekarang banyak yang mengecewakan orang tua mereka seperti gadis di bawah umur yang hamil di luar nikah. Ini karena mereka tidak mendengar perintah dari orang tua mereka. Karena itu, untuk membentuk moralitas dan karakter seseorang harus didasarkan pada tindakan "mikul dhuwur mendhem jero". Jika kalimat ini telah diterapkan pada jiwa pemuda, itu akan menumbuhkan moral dan karakter pemuda untuk menjadi lebih baik. Setidaknya batas-batas moral antara anak-anak dan orang tua dan norma-norma tidak akan hilang, terhapus oleh arus globalisasi. Indonesia dapat lebih maju tidak hanya dalam ekonominya tetapi juga dalam karakter pemuda dan pemuda.

Indonesia adalah negara dengan beragam budaya dan adat istiadat  yang harus dijunjung tinggi nilai luhur dan kemuliaannya dan harus terus dilestarikan. Namun pada kenyataannya sekarang, ada banyak anak muda yang telah kehilangan nilai-nilai luhurnya di benak mereka sehingga menyebabkan sopan santun kepada orang tua mereka telah hilang. Selain itu, moralitas kaum anak muda sekarang sudah mulai berkurang, ketika moral yang baik telah berkurang terhadap kaum muda sekarang berdampak pada perilaku yang tidak baik. Sebagai contoh seperti perkelahian yang merajalela, penggunaan kata-kata yang memburuk, peningkatan penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, mengaburkan batas-batas moral yang baik dan buruk, menurunnya etika kerja, rendahnya respek terhadap orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, ketidak jujuran , dan saling curiga dan kebencian antara lain.


Untuk mencegah menipisnya moral, pendidikan karakter harus ditingkatkan baik di lingkungan formal, informal dan non-formal. Ada satu pepatah Jawa yang tepat untuk mendidik karakter anak-anak bangsa yang sudah mulai kehilangan rasa hormat kepada orang tua, yaitu "mikul dhuwur mendhem jero". Mikul dhuwur mendhem jero diartikan meninggikan atau menonjolkan kekuatan dan kebaikan keluarga dan menutupi kekurangan atau keburukan keluarga. Namun, pepatah itu sebenarnya memiliki makna yang sangat dalam, yaitu menjunjung tinggi drajade wong tuwa (menjunjung tinggi derajat dan martabat orang tua). Pepatah itu mengajarkan kita untuk bisa menjunjung tinggi martabat dan martabat orang tua, tidak mempermalukan dan mencela bagi kedua orang tua. Selain itu, kita harus bisa menghormati dan menghormati orang tua. Tidak hanya orang tua dalam arti sempit tetapi juga dalam arti yang lebih luas, yaitu orang tua, pemimpin, tokoh masyarakat dan sebagainya.

Saat ini, sangat jarang bagi orang muda untuk menghormati orang tua mereka, tidak peduli seberapa besar mereka menghormati para pemimpin mereka atau orang tua. Anak muda sekarang banyak yang mengecewakan orang tua mereka seperti gadis di bawah umur yang hamil di luar nikah. Ini karena mereka tidak mendengar perintah dari orang tua mereka. Karena itu, untuk membentuk moralitas dan karakter seseorang harus didasarkan pada tindakan "mikul dhuwur mendhem jero". Jika kalimat ini telah diterapkan pada jiwa pemuda, itu akan menumbuhkan moral dan karakter pemuda untuk menjadi lebih baik. Setidaknya batas-batas moral antara anak-anak dan orang tua dan norma-norma tidak akan hilang, terhapus oleh arus globalisasi. Indonesia dapat lebih maju tidak hanya dalam ekonominya tetapi juga dalam karakter pemuda dan pemuda.

Mikul Dhuwur Mendhem Jero Pitutur Yang Harus Kita Lestarikan
Istilah ini dipopulerkan oleh mendiang Presiden Soeharto (Presiden Republik Indonesia ke-2). Mikul dhuwur mendhem jero memiliki arti mengangkat kekuatan dan kebaikan dan menutupi kekurangan atau keburukan seseorang.
Jika seseorang telah meninggal dunia, maka ingatlah hal-hal baik tentang dia, dan jangan mengungkit-ungkit yang buruk seumur hidupnya di dunia. Ini sejalan dengan ajaran Islam, sebagaimana dinyatakan dalam salah satu hadis Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam yang mengatakan, “Ingatlah kebaikan orang-orang yang meninggal di antara kalian dan tahanlah dari menjelek-jelekkannya.” (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, Imam Thirmidzi, dan Imam Abu Dawud)

Pada kesempatan lain, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam juga mengingatkan, “Janganlah kalian mencela orang-orang yang sudah meninggal dunia, karena sesungguhnya mereka telah sampai kepada hasil amalan yang mereka lakukan tatkala di dunia.” (HR. Imam Bukhari)

Inilah adab yang sangat direkomendasikan dalam hubungan antar manusia. Negara-negara yang menerapkan adab ini adalah negara-negara beradab tinggi. Sebaliknya, jika seseorang melanggar filosofi besar ini, maka itu menunjukkan kualitas moral seseorang yang sangat rendah.

Dua hadist yang disebutkan di atas memberi kita pelajaran bahwa jika celaan itu ditujukan kepada mereka yang masih hidup, dan jika celaan itu benar, maka ada kemungkinan bahwa orang yang bersangkutan akan memperbaiki dirinya sendiri. Lalu bagaimana dengan mereka yang sudah meninggal? Tentu saja, Anda tidak dapat memperbaikinya lagi, karena hidup Anda di dunia sudah berakhir.

Jika celaan atau tuduhan itu tidak benar alias bohong, tidak hanya mendulang dosa bagi pelakunya, semakin akan melukai mereka yang hidup. Masih ada anak-anak, cucu-cucu, pengikut almarhum yang terluka oleh tipuan atau tuduhan. Tuduhan hoax, antara lain, jika pengadilan tidak pernah memutuskan kasus seseorang untuk kebenaran, maka putusan dijatuhkan oleh seseorang di luar pengadilan.

Apalagi jika tudingan tersebut dilakukan oleh seseorang yang memiliki kedudukan tinggi dalam struktur pemerintahan, memang ini menunjukkan tingkat moral yang rendah.

Tembang Gambuh Bertema Sosial

Tembang Gambuh memiliki makna yang mendalam,selain bertema sosial tembang Gambuh ini sarat akan makna agama dan pendidikan berikut ini contoh tembang gambuh
01
Sekar gambuh ping catur, kang cinatur polah kang kalantur, tanpa tutur katula-tula katali, kadaluwarsa kapatuh, katuruh pan dadi awon.

Sekar gambuh pola yang keempat, yang menjadi bahan perbincangan adalah perlaku yang tidak teratur, tidak mau mendengar nasihat, semakin lama semakin tak terkendali, hal ini akan berakibat buruk.


02
Aja nganti kabanjur, barang polah ingkang nora jujur, yen kebanjur sayekti kojur tan becik, becik ngupayaa iku, pitutur ingkang sayektos.
Jangan sampai kau terlanjur dengan tingkah polah yang tidak jujur, jika sudah telanjur akan mecelakakan, dan hal itu tidak baik. Oleh karena itu, berusahalah ajaran yang sejati.
03
Tutur bener puniku, sayektine apantes tiniru, nadyan metu saking wong sudra papeki, lamun becik nggone muruk, iku pantes sira anggo.

Ajaran yang benar itu patut kau ikuti, meskipun berasal dari orang yang rendah derajatnya, namun jika baik dalam mengajarkan, maka ia pantas kau terima.

04
Ana pocapanipun, adiguna adigang adigung, pan adigang kidang adigung pan esthi, adiguna ula iku, telu pisan mati sampyoh.
Ada kiasa yang berbunyi adiguna, adigang, adigung, adigang kiasan kijang, adigung kiasan gajah, dan adiguna kiasan ular. Ketiganya mati bersamaan.

05
Si kidang ambegipun, angandelaken kebat lumpatipun, pan si gajah angandelken gung ainggil, ula ngandelaken iku, mandine kalamun nyakot.

Tabiat si kijang adalah menyombongkan kecepatannya berlari, si gajah menyombongkan tubuhnya yang tinggi besar, sedangkan si ular menyombongkan bisaya yang ganas bila menggigit.
06
Iku upamanipun, aja ngandelaken sira iku, suteng nata iya sapa kumawani, iku ambeke wong digang, ing wasana dadi asor.
Itu semua hanya perumpamaan, janganlah kau menyombongkan diri karena putra raja sehingga merasa tidak mungkin ada yang berani, itu tabiat yang adiganng, ujung-ujungnya merendahkanmu.



07
Adiguna puniku, ngandelaken kapinteranipun, samubarang kabisan dipundheweki, sapa bisa kaya ingsun, togging prana nora enjoh.

Watak adiguna adalah menyombongakan kepandaiannya, seluruh kepandaian adalah miliknya. Siapa yang bisa seperti aku, padahal akhirnya tidak sanggup.
08 
Ambek adigung iku, angungasaken ing kasuranipun, para tantang candhala anyenyampahi, tinemenan nora pecus, satemah dadi geguyon.
Tabiat orang adigung adalah menyombongkan keperkasaan dan keberaniannya, semuanya ditantang berkelahi, bengis, dan suka mencela. Tetapi jika benar-benar dihadapi, ia tak akan melawan, bahkan jadi bahan tertawaan.


09
Ing wong urip puniku, aja nganggo ambek kang tetelu, anganggowa rereh ririh ngati-ati, den kawangwang barang laku, kang waskitha solahing wong.

Dalam kehidupan, jangan kau kedepankan tiga tabiat tersebut, berlakulah sabar, cermat, dan hati-hati. Perhatikan segala tingkah laku, waspadai segala perilaku orang lain.
10
Dene tetelu iku, si kidang suka ing panitipun, pan si gajah alena patinireki, si ula ing patinipun, ngandelaken upase mandos.

Dari ketiganya itu, si kijang mati karena kegembiraannya, gajah mati karena keteledorannya, sedangkan ular mati karena keganasan bisanya.
11
Tetelu nora patut, yen tiniru mapan dadi luput, titikane wong anom kurang wewadi, bungah akeh wong kang nggunggung, wekasane kajalomprong.

Ketiganya tidak patut kau tiru, kalau kau tiru akibatnya akan buruk. Ciri-ciri pemuda adalah tidak dapat menyimpan rahasia , senang bia banyak yang menyanjung yang akhirnya menjerumuskan.
12
Yen wong anom iku, kakehan panggunggung, dadi kumprung, pengung bingung wekasane pan angoling, yen ginunggung muncu-muncu, kaya wudun meh mencothot.

Jika pemuda terlalu banyak sanjungan, maka ia menjadi tolol, tuli, dan bingung, akhirnya mudah diombang-ambingkan, jika sedang dimuji, maka monyong seperti bisul yang hampir meletus
13
Dene kang padha nggunggung, pan sepele iku pamrihipun, mung warege wadhuk kalimising lathi, lan telese gondhangipun, reruba alaning uwong.

Adapun yang senang menyanjung sangat sederhana keinginannya, yaitu kenyang perut, basah lidah dan tenggorokan dengan menjual keburukan orang lain.
14
Amrih pareke iku, yen wus kanggep nuli gawe umuk, pan wong akeh sayektine padha wedi, tan wurung tanpa pisungsung, adol sanggup sakehing wong.
Supaya dekat (dengan atasan). Jika sudah terpakai kemudian membuat ulah dengan membuat orag menjadi takut sehingga ia menerima upeti dari hasil menjual kemampuan orang lain.
15
Yen wong mangkono iku, nora pantes cedhak lan wong agung, nora wurung anuntun panggawe juti, nanging ana pantesipun, wong mangkono didhedheplok.

Orang seperti itu tidak pantas untuk berdekata dengan pembesar karena dapat mendorong untuk berbuat jahat. Meskipun begitu tetap ada kepantasannya, yaitu ditumbuk.
16
Aja kakehan sanggup, durung weruh tuture agupruk, tutur nempil panganggepe wruh pribadi, pangrasane keh kang nggunggung, kang wus weruh amalengos.

Jangan terlalu merasa tahu banyak. Belum melihat dengan mata kepala sendiri tetapi banyak berbicara, bahkan hanya dengan mendengar seolah-olah mengetahui sendiri. Dikiranya banyak yang menyanjung, padahal yang mengetahuinya akan memalingkan muka.
17
Aja nganggo sireku, kalakuwan kang mangkono iku, nora wurung cinirenen den titeni, mring pawong sanak sadulur, nora nana kang pitados.

Oleh karena itu, Nak. Jangan kau bersikap seperti itu karena pasti akan mencadi catatan dalam hati sanak saudara. Mereka tidak akan percaya lagi kepadamu.



Dasa Pitutur, 10 Nasehat Sunan Kalijaga Agar Hidup Bermakna

Dasa Pitutur, 10 Nasehat Sunan Kalijaga Agar Hidup Bermakna

1. Urip iku urup

Hidup itu Nyala! Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Semakin besar manfaat yang bisa kita berikan, tentu akan lebih baik.

2. Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara

Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah, dan tamak.

3. Sura dira jaya jayaningrat, lebur dening pangastuti

Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati, dan sabar.

4. Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha

Berjuang tanpa perlu membawa massa; menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan, kekayaan atau kekuasaan, keturunan; kaya tanpa didasari kebendaan.

5. Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan

Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri! Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu!

6. Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman

Jangan mudah terheran-heran! Jangan mudah menyesal! Jangan mudah terkejut-kejut! Jangan mudah kolokan atau manja!

7. Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan lan kemareman

Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan, dan kepuasan duniawi!


8. Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka

Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah! Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka!

9. Aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendho

Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, dan indah! Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat!

10. Aja adigang, adigung, adiguna

Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti!
Nilai Luhur Dan Manfaat Dalam Gotong Royong

Nilai Luhur Dan Manfaat Dalam Gotong Royong

Nilai Luhur Dan Manfaat Dalam Gotong Royong
Gotong royong
Gotong royong merupakan kegiatan bersama yang di lakukan di masyarakat secara bersama-sama. Gotong royong ini mempunyai nilai-nilai luhur dan mempunyai banyak manfaat yang bagi masyarakat dan bernegara. Kebudayaan yang sudah ada sejak jaman dahulu sejatinya harus di lestarikan dan jangan di tinggalkan atau di lupakan.

Seiring bejalannya waktu dan kemajuan jaman, banyak banget nilai-nilai budaya luhur yang mulai di lupakan bahkan nyaris di tinggalkan. Hal ini membuat miris dan prihatin mengingat nilai nilai luhur tersebut merupakan jati diri kita sebagai bangsa yang mempunyai karakter dan luhur di masa lampau.

Kejayaan bangsa ini di masa silam merupakan suatu bukti bahwa nilai-nilai luhur budaya masa itu masih di pegang teguh dan di lestarikan.

Gotong royong merupakan salah satu dari nilai luhur dari kebudayaan peninggalan nenek moyang kita. Meski sekarang ini mulai tergerus oleh perkembangan jaman, namun sepatutnya kita sebagai generasi penerus perlu melestarikan keberadaan gotong royong tersebut.


NILAI-NILAI LUHUR DALAM GOTONG ROYONG
Nilai Luhur Dan Manfaat Dalam Gotong Royong
Gotong royong

Pada awalnya, kegiatan ini seperti halnya kerja yang di lakukan secara bersama-sama yang tampaknya terlihat seperti hal yang sangat mudah dan sederhana. Namun dibalik kesederhanaannya itu , gotong royong menyimpan beragam nilai yang mampu memberikan nilai positif bagi masyarakat. Nilai-nilai positif dalam gotong royong meliputi:

1. Kebersamaan
Saling bekerja sama mencerminkan kebersamaan yang tumbuh di masyarakat. Dengan gotong royong, masyarakat ingin bekerja sama untuk membantu orang lain atau membangun fasilitas yang dapat digunakan bersama.

2. Persatuan
Kebersamaan yang terjalin dalam gotong royong serta melahirkan persatuan di antara anggota masyarakat. Dengan persatuan yang ada, masyarakat menjadi lebih kuat dan mampu menghadapi masalah yang muncul.

3. Bersedia berkorban
Saling bekerja sama mengajarkan setiap orang untuk mau berkorban. Pengorbanan ini bisa dalam bentuk apa pun, mulai dari mengorbankan waktu, energi, pikiran, hingga uang. Semua pengorbanan ini dilakukan untuk kebaikan bersama. Orang rela mengesampingkan kebutuhan pribadi mereka untuk memenuhi kebutuhan bersama.

4. Saling Membantu
Saling bekerja sama membuat orang saling bahu membahu untuk saling membantu. Sekecil apa pun kontribusi seseorang dalam kerja sama, selalu dapat memberikan bantuan dan manfaat bagi orang lain.

5. Sosialisasi
Di era modern, kehidupan manusia cenderung individualistis. Saling bekerja sama dapat membuat orang kembali sadar jika mereka adalah makhluk sosial. Saling bekerja sama membuat orang saling mengenal sehingga proses sosialisasi dapat terus dipertahankan.



MANFAAT GOTONG ROYONG

Saling bekerja sama adalah budaya masyarakat yang akan memberikan banyak manfaat. Keuntungan-keuntungan ini termasuk:

1. Meringankan beban pekerjaan yang harus ditanggung
Kebersamaan saat gotong royong
Semakin banyak orang yang terlibat dalam upaya membangun atau membersihkan lingkungan, semakin ringan pekerjaan setiap individu yang terlibat di dalamnya. Selain meringankan pekerjaan yang harus ditanggung oleh masing-masing individu, gotong royong juga membuat pekerjaan lebih cepat selesai. Artinya, gotong royong dapat membuat pekerjaan lebih efektif dan efisien.

2. Menumbuhkan sikap sukarela, bantuan, kebersamaan, dan kekeluargaan di antara sesama anggota masyarakat
Seperti dijelaskan sebelumnya, gotong royong memiliki nilai-nilai yang membuat gotong royong menjadi budaya yang sangat baik untuk dipertahankan. Saling bekerja sama dapat menumbuhkan sikap sukarela, bantuan, kebersamaan, dan kekeluargaan di antara sesama anggota masyarakat. Orang yang ingin melakukan kerja sama timbal balik akan lebih peduli pada orang-orang di sekitar mereka. Mereka bersedia berbagi dan membantu. Masyarakat juga bisa lebih "bercanda" karena gotong royong adalah menjaga kebersamaan dan kekeluargaan di antara sesama anggota di masyarakat.

3. Membangun dan membina hubungan sosial yang baik dan harmonis antara anggota masyarakat
Bekerja sama ciri khas bangsa Indonesia
Lingkungan yang harmonis akan menyehatkan masyarakat. Ketika ada satu anggota komunitas yang dalam masalah, maka anggota komunitas lainnya akan siaga untuk memberikan bantuan. Hubungan sosial yang baik dan harmonis seperti ini dapat dibangun jika masyarakat ingin melakukan kegiatan gotong royong. Saling bekerja sama dapat menumbuhkan hubungan sosial yang baik di masyarakat. Akibatnya, hubungan antar anggota masyarakat akan lebih harmonis.


4. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional
Pada skala yang lebih besar, kerja sama timbal balik dapat meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional. Masyarakat yang sudah solid di tingkat RT atau RW akan dapat membangun persatuan yang lebih besar pada skala nasional. Saling bekerja sama mampu membuat orang sadar jika kita semua berada di tanah air yang sama, sehingga persatuan dan sikap persatuan yang ada harus diwujudkan dari Sabang hingga Merauke, yaitu di semua wilayah di Indonesia.

Terima kasih

Meme Tuman Lagi Viral, Apa arti Tuman???

Meme Tuman Lagi Viral, Apa arti Tuman???

Meme Tuman - Hari-hari ini pernah heboh di media sosial dari facebook dan Instagram Ada sebuah meme lucu dan unik yaitu meme tuman, apa sih makna tuman dalam bahasa jawa tuman itu (kata sifat) jadi biasa suka, gemar, dan sebagainya

Setelah merasai senangnya, enaknya, dan sebagainya, jadi tidak manusia lakukan begitu, hajarlah

Meme Tuman ini bisa kalian pakai untuk teman, sahabat, orang lain atau sebagai sindiran jadi mereka bisa tahu sama kelakuan yang mereka lakukan dan juga bisa lakukan tidak ada yang tidak yakin belaka.
kumpulan meme tuman lucu banget


Meme Tuman

Apakah itu Tuman? Inilah Makna dan Makna dalam Bahasa Gaul Meme - Baru-baru ini meme tuman viral  di media sosial seperti Facebook (fb), dan tidak sedikit termasuk mereka yang tidak tahu apa artinya itu.

Kata ini umumnya terlihat dalam meme yang menunjukkan dua laki-laki botak, yang satu menampar dan yang lainnya ditampar, di dalam meme berisi kata-kata atau kalimat sindiran.
Meme Tuman


Meme Tuman Sindiran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata tuman adalah suka atau gemar.

Sedangkan dalam bahasa Jawa dan Sunda maknanya agak berbeda, yang berarti kebiasaan yang sering dilakukan secara terus menerus.

Komik Tuman kini meramaikan media sosial (media sosial). Awalnya meme yang beredar memiliki dua pria botak yang saling berhadapan. Dalam meme Tuman, sosok di sisi kiri terlihat seperti telah menampar sosok di sisi kanan.
Meme Tuman Lucu

Kumpulan Kata kata Meme Tuman
Kata kata Tuman

Gambar Meme Tuman
Dalam meme Tuman, ada sebagian besar kalimat lucu yang berbau seperti sindiran. Namun seiring dengan banyaknya warga yang kreatif, meme memiliki penampilan yang bervariasi. Angka-angka yang tersedia di meme tidak hanya botak, tetapi tersedia termasuk yang diedit dengan foto orang lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata tuman memiliki makna suka, atau gemar. Sedangkan dalam bahasa Jawa dan Sunda makna yang agak berbeda, yaitu tradisi kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus.

Dalam beberapa kasus, makna kata tuman memiliki makna yang agak negatif. Meme ini sebagian besar digunakan untuk menyindir seseorang atas tradisi yang tidak cukup beruntung bagi orang lain.

Misalnya, seseorang yang menyadari bahwa ia mengalami berat badan berlebih dan secara konsisten beralasan untuk menunda diet, tetapi termasuk mengeluh pada saat yang sama.
Foto Meme Tuman


Sering minta yang gratisan namun banyak kemauannya....
Foto Download Kumpulan Meme Tuman
Download Meme Tuman
Download Meme Tuman Lucu

Contohnya Seperti halnya kebiasaan ketika ada janjian, ketika di telepon teman sudah di tunggu namun bilangnya lagi OTW padahal baru bangun tidur mandi aja belom jadi kebiasaan seperti itu di sebut TUMAN
Download Kumpulan Meme Tuman



Biasa tiap hari mengeluh ga punya duit tetapi sering tanya-tanya harga barang di toko atau di forum-forum
Meme Tuman

Kebiasaan kebiasaan jelek yang sering di lakukan oleh orang lain seperti Setiap hari sering belanja di toko yang terkesan wah namun di sisi lain sering mengeluh merasa kekurangan.

Meme Tuman

Bisa juga di artikan sebagai ketagihan, misalkan ketagihaan sering pinjam uang, atau ketagihan sering minta tolong temannya dan lain sejenisnya.

Itulah sedikit gambaran arti TUMAN, walaupun cuma satu kata namun aplikasinya bisa banyak banget di pakai dalam kehidupan sehari-hari.



Back To Top